Isim
adalah kata yang menunjukkan benda atau sesuata yang dibendakan[1]. Ada beberapa ciri-ciri isim[2],
yaitu:
a. Bisa
ditanwinًٌٍ ) ).
Contoh:
طَالِبٌ(siswa) dan مَدْرَسةٌ
(sekolah).
b. Bisa
dimasuki
ال.
Dalam
hal ini, isim tidak boleh memiliki ال
jika ia telah ditanwin. Begitu pula sebaliknya. Jadi, suatu isim yang shahih
adalah isim yang memiliki salah satu
di antara keduanya.
Contoh:
النُجُوْمُ (bintang), النَّقْلُ(sandal),
dan النِّسَاءُ (para
wanita).
c. Bisa
dimasuki huruf nida’ ( panggilan).
Contoh:
يَا رَسُوْلَ اللَّهِ (wahai utusan Allah),
dan يَا أَحْمَدُ (hai, Muhammad).
d. Bisa
di-jer-kan (dikasrah) dengan huruf jer. Maksudnya, isim ma’rifat bisa terletak
setelah adanya huruf jer. Isim yang terletak setelah huruf jer bisa disebut majrur.
Yang termasuk huruf jer adalah فِيْ (di dalam), عَلَي (di atas), مِنْ (dari), عَنْ (dari), كَ (seperti), dan لِ (untuk) .
Contoh: أَنَا فِيْ الْفَصْلِ (Saya
ada di dalam kelas).
e. Dapat
diidlafahkan (penyandaran). Idlafah terdiri lebih
dari 2 kata isim yang memiliki satu makna. Seperti kata ‘rumah sakit’, dalam
bahasa Indonesia tidak diartikan per kata, yaitu rumah, dan sakit. Rumah sakit
mempunyai makna satu, yaitu tempat perawatan orang sakit.
Contoh:
بَيْتُ
اللَّه (rumah Allah) ,أَبُوْ جَمِيْدٍ (ayahnya Hamid), dan صَلَاةُ
الصُّبْحِ (salat Subuh).
[1] Sukamto, Nailul Falah, dkk, Bahasa Arab, ( Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm 16.
[2] Juwariyah, Bahasa Arab untuk Perguruan Tinggi,( Yogyakarta:
Teras, 2009), hlm 21.